Note: Postingan yang sudah up beberapa hari mungkin mendapat sedikit tambahan konten, barangkali ada yang kelupaan di ketik dan baru inget sehari setelahnya
Friday, April 25, 2025
107:26 - 18 April 2024
Tuesday, April 22, 2025
130:08 17 April 2024
16:05 - 16 April 2025
Aku terbangun masih penuh kantuk pukul 7:50, hari sudah terang, subuh terlewat. Namun istirahatku serasa cukup, kuterka karena komputer ku letakkan di lantai ketika hendak lelap sebelum tidur dini hari lalu. Sedikit ku bermain Fruit Ninja tuk mengumpulkan nyawa sebelum benar-benar beranjak dari ranjang, dan aku sudah lapar.
Kelas pertama ada Pemrograman Berbasis Objek pukul 10:20 dan Otomata Teori Bahasa usai dzuhur, tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha. Mandi dan persiapan segala akan memakan waktu satu jam, dan aku harus segera berangkat begitu waktu menunjukkan pukul 9:00. Jadi aku segera beranjak dan mulai memanaskan kendaraan, semuanya, kemudian menuju dapur untuk membereskan cucian piring yang sudah kering ke rak-rak pada tempatnya, dan memiringkan mangkuk piring bersih yang masih menggenangkan air dari sisa bilasannya hari minggu lalu.
Sudah, itu sudah semua yang kulakukan pagi itu alih-alih mandi. Aku hanya mencuci muka dan dan sikat gigi, memakai kemeja semalam, kemudian berangkat. Sempat ku telpon bunda untuk menanyakan buah (sayur?) tomat yang tertinggal di sebelah wastafel dapur, apakah hendak di simpan di lemari pendingin atau bagaimana. Dibuang, kue kuning hijaunya juga, telurnya juga, sampahnya juga sekalian.
Kemudian aku berangkat, masih lapar. Diperjalanan, pesan terusan dari Amel di grup obrolan pengurus masuk, dari Ame yang izin dini bahwa Ia akan sedikit kesulitan ikut kegiatan teater pekan itu (dan mungkin kedepannya) karena masih bersama orang tuanya di kampung halaman dan mereka mengkhawatirkan kesehatannya. Cukup valid, Ame jangan diberi tugas yang terlalu berat, dicatat.
Aku tiba tepat waktu di lab. komputer, dosen sudah tiba, namun tidak ada masalah. Namun hari itu pak Rohman agak aneh, Ia tidak mengenakan masker dan raut wajahnya nampak lebih tua puluhan tahun. Suaranya janggal dan penerangan humorisnya tidak kunjung muncul. Ia menerangkan pada semua untuk mulai menulis program yang mengandung inheritance atau overwrite, sebelum akhirnya menghampiriku dan bertanya apakah aku salah kelas.
"...................................."
Tentu saja, PBO di labkom adalah jadwal untuk hari jumat. PBO hari ini adalah teori di ruang H49 yang terletak di gedung depan, jarak tempuh 5 menit berjalan kaki dari gedung belakang. Hari itu cerah dan terik sekali, waktu menunjukkan pukul 10:45.
* * *
Kelas sudah dimulai 20 menit yang lalu dan aku sudah tiba di kampus 20 menit yang lalu, sial.
Di kelas sedang diadakan latihan soal UTS, berikut ringkasan materinya berupa definisi beberapa istilah yang akan diujikan.
Object, wadah kelas yang berisikan atribut.Constructor, method dengan nama yang sama dengan class.Inheritance, pewarisan/penurunan dari class parent.Overload, method dengan nama yang sama, namun berbeda jumlah parameter.Overwrite, ...aku masih melengkapi catatanku, oke? Pak rohman mendikte, bukan mencatat.
Ada juga pembahasan tentang class diagram dan sejumlah tinta ditumpahkan di papan tulis untuk menerangkan hal tersebut. Namun penjelasannya sangat visual, dan, sedikit sulit untuk di ringkas menjadi tulisan. Jadi aku (akan) mengunggah potret papan tulis yang kuperoleh seusai kelas (nanti) disini, pak Rohman juga menyarankan untuk menonton video penjelasan materinya yang Ia unggah di Youtube, tertaut dibawah ini.
Pemrograman Berorientasi Objek by Syaifur Rohman
Aku benar-benar harus mengejar ketertinggalanku...
Kelas usai, aku turun ke masjid sambil mengecek Discord dimana pesan dari ren299999 baru saja kuterima. Lalu David menghampiriku hendak mengenakan sepatu, lalu Bayo pula menghampiri dari dalam masjid. Suatu saat pula Tanaya melihatku dari parkiran seusai turun dari motor, aku menggestur sapa sambil mengusir gurau. Kemudian ada Bima yang datang menghampiriku bersama David, menjanjikan es teh, yang kemudian kita berdua tuntut.
David dan Bima beranjak ke kelas, sambil berpesan pada Helmi lewat ku untuk segera keatas, lalu aku duhuran.
Helmi pun akhirnya kutemui seusai solat. Ia, David, dan Bima ada jadwal matkul pak Heru usai dzuhur yang diundur hingga pukul 13. Karena tidak lama sebelum itu ada pemberitahuan di grup obrolan kelas Otomata bahwa kelasku juga mundur hingga 13:15, kuputuskan untuk naik bersama Helmi dan mampir sejenak ke kelas merka di H46, dan kutemukan Bima yang ternyata sungguhan membawa segelas plastik es teh disana. Aku minta beberapa sedot sebelum beranjak dari sana karena pak Heru sudah tiba di kelas.
H511 sudah ramai, namun masih kosong karena waktu masih menunjukkan pukul 13:10. Lalu pak Erwin tiba, dan mulai menerangkan jenis-jenis soal yang diajukan dalam rapat persiapan UTS tim pengajar otomata. NFA, DFA, FSA, aku... tidak yakin, aku butuh mengejar ketertinggalan materi. Ada 5 dari 7 jenis soal yang mungkin keluar di ujian nanti, 4 diantaranya membutuhkan pemahaman logika tingkat menengah untuk bisa diselesaikan mencapai jawaban yang dimintanya.
Seusai kelas, mas Ubaid menghubungi lewat panggilan dan mas Botol lewat teks, yang mengabari soal niat mas Ubaid. Ia hendaknya meminjam Gong dari gudang inventaris teater, hanya satu masalah, gudangnya sangat sesak dan berantakan karena kami masih sedang pindahan setelah gedung direnovasi dan tidak ada tempat penyimpanan alternatif sehingga barang kami menggelandang didepan teras gudang hanya berbungkus kain hitam.
Kemudian tiba waktu ashar dan aku pun solat di masjid D, selagi melepas sepatu, pak Mutakin satpam gedung A lewat dan menanyakan mana rekan-rekan (teater) yang lain. Kujawab masih di kelas semuanya sambil terkekeh kecil, sebelum ikut ambil air wudhu.
Usainya, ku beranjak ke gedung F yang baru di renovasi untuk menguji pakai jadi tempat titik kumpul baru. Gedung F yang baru sungguh panas, sialan. Siapa yang menyetujui pembangunan gedung berkumpul dengan dinding kaca sebesar itu, di kota sepanas negara tropis ini? Ada banyak gaya arsitektur yang bisa dicoba untuk mencapai penampilan futuristik selain bentuk ini, aku tidak akan pernah memaafkan mereka yang mengubah gedung dingin ini menjadi ventilasi tempat udara dari neraka bertiup ke permukaan bumi ini.
Percepat ke pukul 17:30 ketika Abung dan Ren, adik tingkatku di teater (dan kampus), datang menghampiriku yang sudah satu jam sendirian di gedung itu mengerjakan tugas dan kemudian mulai mengetik entri ini. Pula, mereka ikut mengomentari panasnya gedung ini. Betapa gerahnya, mana kipasnya, kenapa tidak boleh merokok padahal ventilasinya begitu lebar.
Abung dan Ren tidak lama, kami sempatkan mengobrol, bersenda gurau soal kelulusan Gawr Gura, dan berbagai obrolan tidak penting lainnya. Lalu mereka pamit, dan Abung izin bahwa Ia tidak akan dapat hadir di pertemuan esok karena akan pulang ke Jepara mengantar kawannya.
Kembali lah aku sebatang kara di ventilasi neraka, Daus mengabarkan Ia akan segera meluncur ke lokasi. Sedangkan Pandu mengabarkan lewat teks bahwa Ia hendak mengundurakan diri, lengkap sudah racikan membumbu suasana hati yang buruk. Suhu panas, sendiri, dan menunggu perkumpulan orang-orang, sendirian. Dan tanggungan pinjaman gong yang harus dikeluarkan dari gudang penuh sesak.
Mas Ubaid tiba pukul 18:58, menemukan aku dan Daus di lantai 2 sedang asik membahas Kamen Raider, Ansatsu Kyoshitsu, dan Oregairu. Kami berbincang sedikit sambil menanyakan Gong yang hendak dipinjam. Tak lama kemudian mas Chaps juga hadir di perkumpulan kecil kita dan bergabung dalam perbincangan.
Ada banyak kesempatan menunggu orang yang menjemput bola, satu-satunya batasan yang ada hanya lah niat, kemauan dan tekad mu.
Uang kuliah memiliki alokasi yang seharusnya bisa diklaim mahasiswa, uang itu akan diklaim oknum tertentu jika tidak diklaim, sehingga kewajiban kita sebagai aktivis kampus yakni mengetahui lingkup hak-hak kita dan memperolehnya untuk mengangkat kesejahteraan kita. Kita tidak akan pernah loncat dari penggorengan jika kompor dibawahnya tidak pernah menyala, kita tidak akan pernah bisa bergerak penuh gebu jika belum sadar hak-hak yang sudah dirampas tanpa sepengetahuan kita.
Mengangkat kesejahteraan rakyat memupuk loyalitas, dan kesejahteraan diangkat dengan uang. Uang adalah nadi kehidupan segala umat, sehingga pendanaan dari kampus sangat esensial bagi keberlangsungan aktivitas kampus, dan kesejahteraan aktifis kampus. Ajukan pendanaan sponsor, tidak perlu jauh-jauh, mulai dari instansi-instansi yang tumbuh dari/dan sekitar ekosistem kampus. Ajukan pendanaan pengadaan lomba, kampus suka promosi dirinya, adakan lomba tingkat nasional, gunakan lingkup jangkauan yang luas untuk menggaet peserta dari berbagai daerah pelosok nusantara.
Menurut Daus, Jamal tidak cocok menjabat pimpinan produksi karena jam latihan tidak pernah dipatuhi tepat waktu selama proses pentas dan lomba yang sudah lalu. Sedangkan menurut Jamal, Daus cocok menjadi sutradara karena kapasitas berpikirnya yang kritis dan konsumsi literasi serta medianya yang kaya. Akhirnya diputuskan, dengan berat hati, bahwa sutradara dan pimpinan produksi tertunjuk Daus dan Jamal.
Setelah memastikan naskah yang akan dipakai tetaplah Pinangan oleh Anton Chekov, dan pesanan usai dimakan, kami beranjak hengkang kembali ke kampus dimana motor rekan-rekan terparkir. Dan Daus turun untuk kembali ke kosnya, Amel dan Jamal memilih untuk menginap dirumahku dan menonton Netflix di TVbox ku hingga semalam suntuk. Kecuali jika langganan di rumah ternyata sudah kedaluarsa dan belum diperbarui, karena itu yang terjadi.
Monday, April 21, 2025
Seperti phoenix, lahir kembali...
Wednesday, April 16, 2025
25:13 - 15 April 2025
Aku baru saja selesai sembahyang setelah pulang dari nongkrong diluar bersama rekan pengurus teater.
Hari ini ada jadwal kelas seusai dzuhur dan seusai magrib, Jaringan Komputer dan Matriks Vektor (bersama David). Salah satunya aku hanya absen secara online karena bolos, dan satunya lagi aku terlambat hampir satu jam sejak mata kuliah dimulai, bu Erna sungguh dosen chill terbaik kesayangan para mahasiswa. Sehat-sehat terus ibu Erna.
Sejak bangun pukul 8:30 pagi, aku sudah berancang-ancang secara mental bahwa akan ada kelas seusai dzuhur, yang berarti aku harus berangkat jam 11 (karena waktu tempuh ke kampus mencapai 1 jam, kurang lebih), yang berarti aku harus segera mandi paling terlambat jam 10.
Tebak siapa yang belum mandi sejak hari senin sehingga nyawanya tidak terkumpul dengan benar dan tak mendidih rasa urgensi dalam dirinya untuk menunaikan kewajibannya sebagai manusia.
Aku pun tidak ingat bagaimana aku menghabiskan waktuku dari bangun tidur hingga dzuhur terlewat selagi aku masih meringkuk diatas ranjang bersama selimut dan komputerku. Hampir semua aplikasi sosial media di ponsel tidak bisa aku akses dari jam 8 hingga pukul 12, jadi aku sungguh tidak paham kemana waktuku terbuang, tapi aku rasa aku menggunakan komputerku untuk mengakses Twitter.
Dan yang jelas ada Fruit Ninja Classic, pasti. Dalam situasi optimal, bermain Fruit Ninja seharusnya mengumpulkan seluruh nyawaku untuk sadar sepenuhnya dari kondisi setengah tidur sehingga aku bisa mengangkat diriku dari ranjang dan mengerjakan kewajiban yang perlu kutunaikan. Namun hal itu tidak terjadi, tentu saja.
Ancang-ancangku tidak lain tidak bukan adalah untuk datang ke kampus lebih awal agar aku bisa sarapan, aku lapar sejak bangun, dan kupikir aku akan segera mandi agar aku bisa segera makan, namun hal itu tidak terjadi. Akhirnya aku memesan bento katsu lewat GoFood lagi seperti kemarin ketika pukul 13:30. Aku sempatkan minum es agar-agar yang dibuatkan bunda hari minggu lalu dan disimpan di lemari pendingin sambil menunggu pesananku datang dan menahan lapar dengan kastangel.
Lalu aku makan sambil menonton lanjutan dari Fate:UBW Abridged yang kutonton kemarin.
Setelah selesai, aku kembali ke kamar dan membalut diri kembali dalam selimut didepan komputer. Pada suatu titik, kurasa aku menyadari bahwa aku harus mulai bergerak. Jadi aku memindahkan buku-buku yang berserakan di meja belajar ke rak-rak seperlunya, paling tidak dengan begitu aku sudah menunaikan salah satu poin dalam aplikasi pengingatku.
Lalu aku mulai menulis entri sebelum entri ini. Aku selesaikan dan menekan unggah sekitar pukul 17:30, dan membuang sedikit lagi waktu sebelum akhirnya aku beranjak mandi. Aku berangkat dari rumah pukul 18:30, tepat ketika jam mata kuliahku seharusnya dimulai. David aku tanya lewat teks apakah dosen sudah di kelas, Ia bilang masih kosong pukul 18:40.
Aku tiba di kelas pukul 19:30, aku diperbolehkan masuk. Terberkatilah ibu Erna, sehat terus ibu. Aku hanya sempat mencatat materi "Mencari Determinan Ordo 4x4 (Metode LAPLACE)", materi yang akan masuk ujian pekan depan. Aku meminta contekan catatan dari papan tulis yang sudah dihapus dari David, "Determinan Ordo 3x3 metode SORROS" kupotret menggunakan ponsel dari buku catatannya. Aku harus mencatat itu di bukuku.
Dalam perjalanan menuruni tangga eskalator, David mengekspresikan niatnya untuk mampir ke Burjo Ngegas dimana ada Helmi dan Nando, paling tidak yang aku dengar pasti sedang disana. Aku hendak ikut mereka, sayangnya waktu menunjukkan pukul 7:45 dan aku sudah ada janji temu dengan pengurus teater pukul 8:15 ketika masih di kelas tadi. David memahami, kemudian mengantarku ke mobil. Sempat kutanyakan tentang format perizinan ruangan/barang yang baru seusai perombakan besar-besaran yang diumumkan pada sarasehan buka puasa bersama Biro Kemahasiswaan bulan lalu. Aku bertanya karena aku terlambat datang ke sarasehan kala itu, dan melewatkan pemaparan informasi tersebut sehingga aku bertanya padanya tentang hal itu. Ia belum tahu info tersebut, namun akan menanyakannya pada rekan pengurus BAI nya. Aku berterima kasih, dan mengucap hati-hati pada nya yang melaju pergi.
Aku menyalakan mobil, dan pindah ke parkiran belakang untuk menunggu rekan-rekan teater berkumpul. Kuputuskan untuk menyempatkan diri ke gedung F baru mencari meja dan bangku bantal santai, sambil menulis di buku harian ku yang lama tidak ku perbaharui isinya. Ada yang merokok disana, banyak mahasiswa mengerjakan tugas kelompok, dan ada Karmin pula dari Menwa sedang rapat dengan anggotanya.
Kemudian aku beranjak kembali ke mobil karena di grup obrolan ada Daus yang berkabar bahwa ia sudah dalam perjalanan. Ketika menyebrang jalan ke parkiran, aroma telur kecap bertiup dari warung mas Miran. Aku jadi lapar, tapi kami akan berangkat setelah ini ke suatu tempat dimana aku semoga bisa memesan makanan, tentu saja, jadi aku tahan lapar itu.
Mereka tidak datang hingga 20 menit kemudian, sial.
Daus dan Jamal tiba, masuk ke mobil, lalu sedikit kami bahas proker bulan depan, sebelum menelpon Amel untuk memastikan apakah ia sudah di perjalanan atau hendak kami jemput. Ia mengangkat, izin untuk libur dulu. Namun kami panas-panasi agar ikut, Ia pun menyanggupi jika dijemput, kami menyanggupi.
Tapi tidak sebelum menjemput makaroni pesanan Arya yang salah alamat. Ia sedang magang di Banjarnegara hingga akhir semester ini, dan lupa memastikan alamat tujuan ketika memesan makaroni via toko online. Ia sempat mengumpat di sosial media Instagramnya kemarin, dan aku sempat komentar lewat obrolan pribadinya. Jadi makaroni miliknya sekarang ada di Semarang dan bukan di Banjarnegara tempat dia sedang tinggal. Dan dia berpesan untuk membawa saja jajannya itu agar bisa dimakan bersama rekan-rekan dan kawan teater.
Kemudian kami meluncur ke kos Amel, dan mendapati gadis itu sudah duduk di trotoar. Hati kami tenggelam ke perut menyaksikan dirinya tersorot lampu mobilku ketika kami mendekat, berapa lama dia menunggu, apakah suasana hatinya sungguh seburuk itu?
Kemudian ia masuk mobil dan kami tanyakan keadaannya, Ia bilang masih lelah dari sif magangnya. Padahal dia magang setiap hari dan pekan-pekan lalu tidak jarang masih sanggup ikut keluar malam-malam dengan kita-kita hingga pukul 1 dini hari, pun kemudian kami ceng-cengin atas klaim letih yang terkesan palsu tersebut. Ia bertanya hendak pergi kemana kita, agenda yang di inisiasi Jamal, dan tidak ada jawaban konkrit. Ia ingin mampir ke Pleburan beli kue leker, oke gas. Lalu Jamal mencairkan suasana sepanjang perjalanan dengan menceritakan pengalamannya pergi ke konser di PRPP akhir pekan lalu bersama Amel.
Jamal membawa teman sendiri, Amel juga membawa teman sendiri. Khususnya, Jamal membawa teman dari masa sekolahnya ketika di Jepara, dan Amel membawa teman yang sepengakuannya ke Jamal, awalnya, adalah rekan dari tempat magangnya.
Jadi bayangkan betapa terkejutnya Jamal ketika menyadari bahwa titel 'rekan magang' itu adalah lanturan asal-asalan belaka dari Amel, dan lelaki yang Ia bawa dari kandangnya di Kudus itu adalah Nofa, seseorang yang pernah menaruh rasa ke Amel dari setahun yang lalu. Apalagi setelah menyadari bahwa sepanjang mereka duduk bersama menunggu konser dimulai, Amel terus melakukan kontak fisik pada Jamal seolah mereka begitu dekat (jangan salah, mereka memang dekat, kami rekan-rekan teater sungguh dekat, namun tidak dalam konteks asmara, melainkan lebih ke konteks persaudaraan).
Amel mengatakan pada Jamal diawal bahwa Nofa tidak mudah bergaul dengan orang baru, jadi ekspresi cemberut yang Ia pasang sepanjang waktu mereka bersama ketika menyaksikan Jamal dan Amel seolah bersenggama seperti sejoli didepannya itu tidak dihiraukan Jamal, meskipun instingnya terus berkata lain jauh di lubuk hatinya.
Jamal baru menyadari keresahan yang terus ia rasakan sepanjang waktu itu sungguh nyata adanya setelah menyadari bahwa Nofa sesungguhnya benar-benar orang yang pernah Ia temui di kampus, dan mereka tidak memiliki rekam jejak yang baik bahkan sejak awal bertemu. Karena anggota-anggota teater terbiasa bersenggama sambil berkontak fisik, bahkan tanpa memiliki rasa romantik terhadap satu sama lain. Dan Nofa sudah pernah menyaksikan Jamal bersenggama dengan Amel ketika berkumpul bersama anak-anak teater lain di sebuah burjo dekat kampus kala dahulu.
Amel terus mengelak bahwa Nofa tidak melihat dirinya sebagai calon pasangan, karena Ia sudah pernah memastikannya lewat obrolan teks. Namun bukti-buktinya menyiratkan yang sebaliknya. Karena Nofa menjemput Amel dari Semarang ke Kudus, lalu tiketnya tertinggal di Kudus, dan Ia rela membeli tiket baru di hari acara agar bisa menemaninya menonton konser, sehingga kurang usaha apa lelaki itu yang berusaha mati-matian untuk mendapat perhatian wanita yang diincarnya. Wanita yang menyadari kualitas dari sifat-sifat priyayi-nya, tampan, tulus, pekerja keras, namun tidak mampu jatuh hati padanya, namun Ia juga tidak rela jika lelaki itu berpaling darinya untuk mengejar wanita lain yang lebih berhak mendapat perhatiannya.
Amel habis-habisan kami ceng-cengi sepanjang perjalanan ke Tembalang menuju CanyonCoffee, betapa malangnya pikir kami karena lelaki itu sudah menaruh hati pada wanita seperti dia.
Setelah kami selesai memesan jajanan dan minuman kami, (kecuali aku, aku memesan rice bowl katsu blackpepper karena sialan-sialan ini tidak mengajakku makan sebelum kami berangkat) kami pun memilih duduk di ruang bebas asap rokok dan memilih meja dengan kursi sofa empuk. Amel suka sofa empuk dan kalau bisa memilih, tidak ingin berada di sekitar asap rokok, sehingga ketika Jamal kembali dari toilet setelah meninggalkan kami di kasir yang masih membaca menu makanan, ia tidak terima dan meminta untuk pindah ke meja di luar. Kami tidak berkutik, dengan dalih bangku diluar masih basah sehabis terguyur hujan. Jamal membantah, lalu kutantang ia untuk keluar mencari bangku yang kering.
Ia pun kembali dengan penuh percaya diri, kami pun mengangkat minuman kami masing-masing, kecuali kopi Jamal karena tangan kami sudah penuh semua. Ia terpaksa bolak-balik untuk menjemput minumannya, waktu menunjukkan pukul 22.
Kami pun membahas strategi melaksanakan proker bulan depan, menyenggol naskah Pinangan karya Anton Chekov yang hendak diangkat, pendekatan membiasakan anggota baru dengan kegiatan dramatic reading naskah, gibah ketua sebelumnya, mengkaji saran dari senior alumni ben dan gilang, tren sifat dari anggota antara generasi tahun ganjil dan genap, catering tumpeng yang enak, pendanaan proker lewat kemungkinan cuci gudang inventaris teater, adalah beberapa pembahasan kami, lebih lengkapnya sudah di notulensi oleh Amel.
Setelah usai berdiskusi dan unboxing makaroni Arya, waktu menunjukkan pukul 23:30 sehingga kami beranjak pulang. Sepanjang perjalanan, kami melontarkan meme brainrot, terutama Bombardino Crocodilo. Kami antar Amel ke kosnya, ada 2 lelaki yang sedang berdiri-diri di depan gangnya, kami tunggu hingga Amel benar-benar hilang dari pandangan kami ke kosnya, baru beranjak pergi. Sesampainya di parkiran kampus, Jamal meminjam 50 ribu ke aku karena uang sangunya sudah habis. Karena itu pula ia mengajak jajan keluar, sebagai alibi agar bisa meminjam uangku, tentu saja dia juga meminjam uangku untuk memesan kopinya tadi.
Kami juga sempat mengkomentari mobil Civic silver di parkiran kampus yang memiliki tenda dan dinding plastik di tendanya, sudah seperti garasi pribadi saja. Dan ada kabel yang ditarik dari meteran listrik saklar lampu parkiran ke atas genteng rumah tepat dibelakang ladang parkiran, kami menggeleng bersama, apakah itu sungguh legal???
Sepanjang perjalanan pulang, aku merasa puas dengan interaksi hari ini. Kurasa aku harus membereskan pekerjaan rumah dan menata ulang perabotan kamarku, kurasa aku bisa melakukannya... Sialan, ini sudah pukul 3:31.
Tuesday, April 15, 2025
Teruntuk diriku di umur berapa pun, kita berhasil
Aku, sudah sampai di masa depan yang selama ini kukejar.
Ini lah hidup penuh petualangan itu, ini lah hidup penuh cerita itu, ini lah kehidupan yang tidak bisa dibayangkan lumut asrama itu. Aku sedang menjalaninya, aku sudah sampai di titik itu.
Karena aku tidak memiliki tujuan yang konkrit setelah tujuan awalku tercapai. Aku butuh mimpi baru, aku butuh arah baru, aku butuh tujuan baru. Aku butuh petualangan baru untuk dikejar menembus cakrawala, lagi.
Dan... kurasa aku perlu lebih menyayangi diriku yang akan melanjutkan tonggakku di masa mendatang, seperti diriku di masa SMA yang kala itu bertanya pada "aku-sekarang" dengan sorot matanya yang penuh binar akan optimisme dan kekaguman akan kesempatan yang menghampar luas. Akan kucoba, dik.
Monday, April 14, 2025
Sehari setelah lebaran usai dan orang-orang kembali ke rutinitas masing-masing di rumah mereka
Aku sedang merasakan kekosongan, kehampaan arti, hilangnya makna hidup. Aku makan dari rumah lewat GoFood, aku tidak menghadiri kelas sama sekali, aku tidak mengerjakan tugas rumah apapun, berantakan yang aku perbuat dirumah yang baru saja ditinggalkan keluargaku sepulang lebaran satu hari yang lalu aku biarkan, dan jika aku tidak berhati-hati sepertinya akan menumpuk seperti kejadian yang sudah-sudah.
Sosial media ku tidak berisik, aku sedang tidak berbicara dengan siapapun, sejak pagi aku bangun. Alam bawah sadarku mungkin haus akan interaksi, mungkin itu yang menyebabkan sensasi kekosongan ini, namun kesadaran logisku tidak merasa terburu-buru untuk mencari pelepas dahaga ini.
Kamarku masih berantakan, sama berantakannya selama beberapa bulan terakhir. Ruang tengah masih berantakan, sama seperti setahun terakhir. Bungkus mobil masih terjemur kering di samping ruang tengah, belum membungkus mobil di garasi. Semut masih merayap di kasur dan dinding kamarku, seperti 2 minggu terakhir.
Berbagai pendapat saling bertabrakan di dalam kepalaku. Untuk apa memiliki harta benda sebanyak ini jika aku tidak bisa merawatnya? Namun harta benda ini juga lah tanggung jawab pemiliknya untuk dirawat. Jika tidak bisa bertanggung jawab, kita harus menyatakannya agar amanah itu bisa diemban orang lain. Namun jika kita diamanahkan untuk bertanggung jawab, kita harus memenuhi panggilan itu dengan benar-benar menjalankannya. Namun kedua pernyataan itu saling bertentangan, yang mana sesungguhnya hal yang benar? Hal yang tepat untuk dilakukan, yang mana?
Aku beranjak dari kasur, tempat selimut, bantal, guling, dan komputerku berada, untuk bermain PS di ruang tengah. Di sofa ada selimut kotor yang sudah berdebu karena terlalu lama mangkir disana, sehingga aku harus duduk di lantai, menggunakan sajadah yang sudah jarang aku gunakan sebagai alas. Begitu usai konsol itu menghiburku, aku beranjak ke meja makan yang dipenuhi semut karena aku meninggalkan gelas hampir kosong yang tersisa sedikit manisan sirup di dasarnya, aku ketuk gelas itu selama hampir satu menit mengusir semut-semutnya sebelum aku pindahkan ke wastafel cucian untuk ku rendam air, kemudian menyemprot pembasmi serangga ke barisan-barisan semut itu diatas meja makan.
Selesai, itu sudah semua yang aku lakukan sejak pagi hingga sore. Hanya itu yang terjadi. Aku bisa menjelaskan bagaimana sepanjang pagi sebelum beranjak dari kasur aku bermain Fruit Ninja Classic dimana aku baru saja memperoleh jenis pedang baru bernama "King Dragon" yang menggantikan manggis dengan buah naga instan +50 poin, atau bagaimana aku di meja makan menonton 2 episode "Fate:UBW Abridged" yang sangat menghibur karena dialog-dialognya yang cerdas dan sarat akan sejarah karakter dan ceritanya secara luas lewat tersirat ketimbang serial aslinya.
Namun hal-hal itu tidak penting dalam lingkup kehidupanku yang lebih luas dari sekedar kepuasan sesaat. Kekosongan hatiku ada karena suatu ketidakpuasan dalam hidupku, rumahku yang berantakan selama ini masih belum dibereskan karena ada sesuatu dalam diriku yang belum bisa aku selesaikan, kesempurnaan ibadahku masih belum kukejar karena ada sesuatu yang salah dalam diriku.
Bagaimana bisa, aku menuntaskan segunung masalah yang menggerogoti hidupku? Aku ingin merasa sedih, namun sedih karena apa? Aku ingin rajin, mulai darimana?
Biasanya aku akan menulis renungan-renungan ini di buku harian, agar tak ada seorangpun yang bisa membacanya. Namun, kepedulianku terhadap segala hal sedang redup. Fondasi tatanan hidupku sedang meranggas, buku harianku masih dalam ranselku yang tidak aku tertarik untuk buka, meja belajarku berantakan dan masih belum ingin ku dekati untuk mulai bereskan, komputerku untuk bisa kugunakan harus tidur bersamaku diatas kasur bahkan saat tidur pun terasa sesak karena ruang gerak selama tidurku yang semakin sempit karena harus berbagi.
Tirai kamarku tertutup sepanjang hari karena aku lebih suka bermandikan gelap, aku tidak suka mandi bahkan meskipun ada pemanas air. Aku sungguh tak tahu diri, tak bisa bersyukur, selalu merasa kurang, aku tahu orang-orang yang dapat menghargai kemewahan ini lebih dariku, aku tahu. Namun hal itu tidak berdampak pada perasaanku terhadap hal-hal yang sudah aku punya, hubungan sebab-akibatnya terlalu jauh. Bahkan jika aku menemukan alasan yang logis untuk mulai menghargai apa yang kupunya saat ini, apakah aku bisa?
Kenapa aku menulis? ...
Apa yang aku tulis? Perasaanku dan pengalamanku.
Kenapa aku menulisnya? Untuk mengekspresikan ketidakpuasanku terhadap diriku sendiri dan hidup yang saat ini sedang kujalani.
Kemudian? Aku melihat berbagai logical fallacy dalam pernyataan-pernyataanku yang bisa dipatahkan dengan beberapa kalimat pendek, seharusnya begitu mudah untuk memutarbalikkan segalanya.
Namun? Perasaan tidak selalu sejalur dengan logika, aku bisa sedih karena lapar, namun terlalu sedih untuk makan, dan kedua hal itu saling berkontradiksi meskipun mereka dapat saling menyelesaikan satu sama lain.
Dan apa kesimpulan yang diperoleh? Bahwa perasaan bisa berbohong, terjebak dalam mental space yang buruk bisa berbahaya karena mengabaikan logika yang kejam nan dingin namun solutif tidak akan bisa menyelesaikan apapun.
Jadi langkah apa yang paling tepat untuk dilaksanakan setelah memperoleh kesimpulan ini? Untuk beranjak dan mulai memperbaiki satu per satu dari segala yang masih salah dalam hidupku.
Namun? Kita tahu kita tidak akan melakukan itu, kita hanya akan menekan tombol "Unggah postingan" kemudian menepuk punggung kita seraya mengucap "mental exercise yang bagus", lalu membuka Youtube untuk mendengar lagu seraya membuka Twitter di ponsel untuk doomscrolling, terus menerus menghindari sumber masalah.
Jadi apa solusinya? No stones shall be left unturned, jika kita benar-benar ingin memperbaiki hidup kita, kita harus ambil langkah pertama, dan langkah pertama adalah langkah paling berat dan sulit.
Hal seperti apa yang akan jadi langkah pertamamu? *your story begins here*
Friday, April 11, 2025
Refleksi atas refleksi sepanjang kuliah
Apakah aku benar-benar pernah sekali pun menulis nelangsanya hidupku, atau apa aku hanya menyiratkannya lewat cara menulisku yang selalu berusaha untuk memandang semua secara positif?
Mungkin yang kubutuhkan adalah mempraktekkan "show don't tell", mungkin aku harus mulai sungguh-sungguh untuk menulis pengalaman-pengalaman luar biasa itu, ketimbang hanya menyebut pengalaman-pengalaman itu luar biasa.
Tuesday, April 8, 2025
Refleksi sepanjang kuliah
The flowers still bloomed,and a winter sky was still adoredI will chase the sky,living every moment,never ever stoppingI will keep you in my mindEspecially your kind words to meEven if it is long,even if it's rough,I’m glad I’ve walked this road with you-Hanadoki no Sora, Tokino Sora
--------------------------------------------------
Berikut draf entri yang sudah aku juduli, tujuannya mendikte arah tulisan yang hendak aku tuangkan, namun tak pernah jadi. Mungkin suatu hari akan ku selesaikan mereka, namun menulis mereka diluar konteks waktu yg terjadi saat aku mengalami perasaan dan pengalaman mereka, rasanya seperti berbohong. Jadi, sepertinya aku tak akan...? Mungkin aku akan mengubah strategi menulisnya, kita lihat nanti.