Yang benar-benar sungguh-sungguh berniat untuk daftar UKM Teater tahun ini hanya ada 11 orang, mungkin jumlah paling sedikit sepanjang sejarah teater lentera, jika melirik setetes kekecewaan para pembina dan kakak tingkat yang menjadi panitia h-1 sebelum acara pelantikan dimulai. Namun optimis, makin sedikit jumlah anggota, makin erat kekeluargaannya, kurasa, mereka harap.
Sabtu dini hari, kurang tidur, hari terakhir acara pelantikan. Apakah pantas kami menyebut sesama anggota seangkatan kami sebagai 'keluarga', yang baru saling mengenal 4 hari, pertanyaan itu dilontarkan berulang-ulang pada tiap-tiap dari kami. "Jangan lepaskan tangan kalian, kalian harus selalu bersama." Begitu premis dari narasi yang diperdengarkan pada kami ketika kami pertama dibangunkan. Beberapa bingung dan menurut, beberapa berpegang teguh dan tetap erat menggenggam, tapi tentu saja, kami dicerca karena kekonyolan kami yang naif mempercayai bahwa kami adalah keluarga.
Dibentak, didorong sana-sini, diperintahkan untuk 'membuktikan' rasa 'sayang' pada keluarga baru ini. Ini lah, ritual terakhir yang harus kami lalui untuk bisa bergabung dalam keluarga teater lentera. Seorang anggota perempuan dibentak hingga terisak-isak, namun tetap tegar membantah, keluarga harus terus bersama. Jika diingat kembali, aku pengecut sekali tidak melerainya lebih cepat, padahal aku menggenggam tangannya, berada tepat disampingnya, mampu melindunginya.
Yang berteriak melawan bentakan mereka hanya aku, sebagiannya karena aku tahu aku berasal dari keluarga yang memiliki privilege dan mereka tidak mungkin diam saja jika terjadi apa-apa padaku, sebagian lainnya karena aku tahu aku hanya bisa menggertak, bahwa aku akan tamat begitu pukulan pertama melayang padaku. Yang bisa kulakukan hanya membantah, bahwa teman-teman baruku ini adalah yang sebenar-benarnya, keluargaku. I'm ready to die on this hill.
* * *
Pesan moral yang diberikan pada kami dipenghujung malam itu, rupanya, tidak bisa kami saling menjadi keluarga hanya dalam waktu 4 hari. Butuh lebih banyak waktu dari itu, harus lebih saling mengenal, harus lebih dekat. Ya, jadi intinya kami dikerjai lagi, untuk yang terakhir kalinya di acara ini, untungnya.
Kemudian pelantikan pengurus tahun ajaran baru dilaksanakan menjelang subuh, setelah kami dikerjai sepanjang malam, giliran pihak panitia yang harus merangkak melewati lumpur, kemudian mengucap sumpah kesetiaan, diguyur air mawar, dan dipotong sedikit rambutnya bagai prosesi aqiqah. Yah, kemudian kami juga, kecuali bagian merangkak dilumpur, itu dikhususkan untuk para calon pengurus saja. Kemudian kami berdiam sebentar melingkari api unggun sambil bercengkerama, sambil menghangatkan dan mengeringkan diri dari guyuran air mawar.
Dan berakhir sudah acara peresmian anggota baru tahun ini, aku tidak tahu apakah perasaan kami sejak malam itu akan berubah seiring berjalannya waktu, atau abadi dalam kesetiaan satu sama lain.
Setelah Paramuda, setelah Inextion, aku tidak tahu lagi kemana hidup ini akan mengalir membawaku. Kuharap kekeluargaan kami sungguh benar adanya, seperti yang kami percayai malam itu. Walaupun idealis, naif, bukankah lebih indah jika begitu kenyataannya?
--Also, palingan bakal nge cringe kalo baca ini besok-besok awkwkwkwk. Yah, sudahlah.
kimi no tonari e
bokutachi wa sekai wo koete yuku
mukae ni iku yo
mada mienai ashita wo
kirameki ni kaede kitto
bokutachi wa mirai e to
tsurete iku kara
ayo kita taklukan dunia.
No comments:
Post a Comment