Friday, August 5, 2022

4:56 4Agu22 - 3 Agustus 2022

Bunda ingin ke Rumah Sakit Eli untuk cek kondisinya, aku ingin ke rumah sakit untuk minta surat keterangan sehat dan bebas napza untuk menyelesaikan proses registrasi mendaftar di udinus. Ayah for some reason keep telling me to go to the hospital near our house, but then I tell mom "kenapa nggak sekalian" and so we did.

Aku baru nyeletuk begitu pas pagi, uranni kan kudu berangkat pagi banget, the second I proposed the idea, she went "great idea!" and then I say "okay what document should I bring?" and she instantly frowns and went ballistic. I hastily googled the requirement for acquiring this letter, I need a copy of my identity card, mom also shouts to look for the birth certificate. After panicking upstair not really knowing where to search for the it, I told them maybe I can pass the chance for today because uranni might get late because looking for this will take too long. But mom said, "No, just get in and we'll see what we can do when we're over there." just reconnaissance kinda stuff and then bring the required documents later. And then I'm wondering why am I even going around panicking about it.

So we went.

Uranni went to school, we go to hospital.

Kenapa suster-suster sama petugas rumah sakit itu ngomongnya cepet-cepet dan kadang terkesan ngomong obscure, kek menyembunyikan sesuatu gitu nah? Anyways, I fill in some form paper and doot doot doot, then wait for the locket to call me name. There were like 2 other people waiting for their calls, watching the muted TV airing commercials at the time, it seems, or just staring into nothing I guess. While I was there, I talked with GenGen on drrr.com for a bit. Apparently that's all I managed to say before disconnecting, because I was called already.

https://media.discordapp.net/attachments/720125269582544896/1004545431231017040/Screenshot_20220803-085936.png

Susternya suruh duduk di kasur-darurat(?) yang tidak ada busanya dan tidak empuk sama sekali, suruh menunggu dokternya sambil tarik korden untuk menutup that side of the room. And like every bed on a hospital, pasti ada kayak pegangannya disamping yang bisa dilipat ke bawah, dan ada petunjuknya disana. Lumayan banyak sebenarnya sudut lipatannya di bawah kasurnya, ada banyak diagram dan banyak petunjuk penggunaan, semua dengan desain yang berteriak "Ini bukan main-main, baca aku atau kau akan menyesal tidak mematuhi himbauanku" bold and brash designs, reminds me of NG:Evangelion's retro-futuristic settings, semua teknologi mereka aestheticnya kayak gitu.

Ohiya, dokternya dateng, perempuan tionghoa, masih muda. Kinda dumb to look back, karna aku mau surat keterangan sehat, mereka tetap tanya apa ada keluhan selama 2 minggu kebelakang. There was mucus on me nose and I was sneezing slightly tbh, but that's just my usual allergy. I kept denying everything and insist I was on full health, the doctor checked with her stetoscope, found nothing really, I guess. I was then told to wait again, so I wander my vision around this curtain-covered corner of the room.

Ada alat pendeteksi detak jantung di cupboard kecil sebelah kasurnya, it seemed like it was plugged-on, but the screen is blank so its not really that interesting to look at.

Suster tarik kordennya, sambil bilang aku udah boleh keluar, silakan ditunggu. So I went out, sit back with mum, and waits. Loket panggil gak lama kemudian, kita dikasih nota, disuruh ke laboratorium untuk cek urin. Surat keterangan sehat hanya bisa dibuat setelah ada surat keterangan bebas napza, so we went.

Ada taman yang luas di dalam rumah sakit eli, adem ayem mantenginnya. Trus kita masuk, disuruh tunggu, bunda milih duduk bersebrangan sama aku, ternyata kesentor AC, wakakak. Trus disuruh pipis di toples kecil, secukupnya, nggak usah banyak banyak. And I was like, uh oh, I don't feel like peeing right now, how am I supposed to pee when my body doesn't want to pee? Bunda bilang, "Bisa laaaah."

Yea, it do be can.

Tapi karna (I think) I have a situation similar to what is called "Post micturition incontinence" (gatau, aku gugel doang, and I thought I can't stay in the bathroom for long, I didn't bother pushing out the rest of the pee out down the drain. So it comes biting me in the ass by trickling down against my will whenever it wants, so yea I pee'd my pants. Just a bit though, but still, it felt awful. I switched to a new underwear as soon as I got home.

Anyways, when we're done on the lab, "kesini lagi ambil hasilnya jam setengah 12 ya." kata mbaknya. It was like 7:58 or so if I remember correctly.

Then we continued our journey, now to attend mum's errand. Lab Patologi apapapayangawalannyaApokonya, singkatannya Lab PA. 

 

Karna sudah tidak ada yang bisa dilakukan di rumah sakit selain membengong selama 3 jam untuk menunggu hasil lab, kita pun pergi cari makan. Parkiran udah rame, uniknya mobil kita merah sendiri dalam sederetan mobil lain yang parkir hanya berwarna monokrom. Berangkatlah kita ke warung soto yang gede, posisi persis sebelah bengkel motor. Kang parkir mengarahkan untuk parkir tepat didepan bengkelnya, bunda tanya "apa boleh ngehalangin bengkelnya?" kang parkirnya ngoke-okein aja.

Jadi kita pesan soto 2, bunda pesan mineral, tapi tidak ada mineral, jadi segelas air hangat, aku pesan teh manis hangat. Boleh minta begedil, enak banget disini. Akan mencantum lokasi nanti, kalian yang baca harus coba makan disana.

(insrt location here)

Selesai makan jam setengah 10, masih lama banget. Akhirnya kita memutuskan untuk pulang ke rumah, trus kerja beberes. Aku sempat main laptop setelahnya, tapi aku tidak ingat detailnya. Yang kutahu, ketika kita beberes, mamak laper, beliau pengen beli makan, tapi minder mau pesen gojek sendiri karena aku tidak mengeluhkan lapar. Kemudian ketika kita hendak berangkat, beliau menawari untuk mampir ke Wong Solo dulu, aku langsung mengiyakan dan bahkan menyiapkan full set roti tawar beserta meises, sendok, dan margarinnya. Kita pun berangkat jam 1 siang dan mengemil dalam perjalanan.

Kembali di lab tes urin, suster labnya bilang hasil tes negatif semua (expected, but alham), surat keterangan sehat itu sekarang bisa di proses sama dokter yang pertama tadi. Karna syaratnya mendapat surat keterangan sehat yakni kudu ada hasil pemeriksaan lab itu dulu, jadi kita cus balik lagi deh. Disana kita kasih amplop laporan tes napza nya (yang bahkan belom kita buka), (ya, mereka buka duluan dari kita wkwkw) dan setelah menunggu lagi, mereka pun mengembalikan amplopnya tadi beserta amplop baru kedua. Itu dia bebeb, surat keterangan sehat aqu.

Habis itu kita meluncur ke Wong Solo, bunda tanya mau pesan apa, aku bilang lele, beliau melarang karena lelenya sekarang selalu jelek, tidak seperti dulu lagi yang segar. Lantas kenapa aku ditanya dari awal, ayam saja kalau begitu. Dan 3 nasi bungkus berlauk ayam, kita bawa mengarah sekolah Uranni (karena rencananya hendak makan disana).

Bunda juga menawari kentang goreng, karena aku mengiyakan, kita pun masuk drivethru KFC terdekat yang searah dengan jalan menuju sekolah Uranni. "Fillet burger, french fries, mocha float." mamak men-order lewat telekom. Tidak ramai ketika itu, namun ada mobil yang sudah duluan menunggu di loket terakhir check-out order. Stiker polri Presisi menempel di tengah kaca belakang, aku heran mengapa mereka belum membuat stiker yang transparan saja. Bukankah akan terlihat lebih elegan?

Giliran kita, pesanan kentang goreng agak memakan waktu rupanya, tidak kaget. Jam juga masih menunjukkan 14:40 kurang lebih, mamah bilang "masak yang lama mas", lalu aku celetuk "kentangnya ya?" karena aku sempat tidak memperhatikan. Then she went ballistic and talk about how I should stop being so slow at thinking because she really didn't like it, even if that was just me literally being me. I don't know man, I don't know.

Trus kita parkir diluar sekolah, dipinggir jalan yang sempit itu. Masih sepi belum macet mengantri masuk, tapi paling juga parkiran dalam sudah penuh. Bunda bilang gak apa, toh juga satpamnya gak mungkin jalan jauh2 nyamperin kita buat nyuruhin pindah parkiran.

Terus kita mulai makan nasi bungkusnya disana, dan mobil mulai berdatangan, dan kemudian mobil lain mulai mengantri di belakang kita yang sedang parkir, padahal depan masih kosong. Aku mengernyit, bunda au mah apa atuh, lama kelamaan macet di jalan yang sempit itu.

No comments:

Post a Comment