Thursday, May 22, 2025

Akhir sebuah fase

Aku mulai menulis buku log-harianku lagi, jadi sepertinya blog ini akan kembali hibernasi.

Masih ada beberapa draf yang kutulis sebelum entri ini kuunggah yang belum selesai, akan kuusahakan untuk menyelesaikannya. Ada juga beberapa draf dari tahun lalu yang tercantum di halaman "Side Quest", aku juga akan coba selesaikan itu.

Untuk lagu, sekali lagi Tokino Sora berhasil mencuri hatiku dengan lagunya "Sayonara Blossom" dari albumnya "My Loving" yang sudah lawas itu.


Kadang kita tak perlu makna, kita hanya perlu alasan. Lirik Sayonara Blossom tidak memiliki makna yang dalam, tapi dari pesona tulusnya yang hendak dianggap biasa saja, kutemukan alasanku untuk terus berjuang.

Tuesday, May 20, 2025

Memaknai setiap aksi

Semua aksi seyogyanya memiliki makna. Kita mandi untuk membersihkan raga dan jiwa, kita mencari hiburan untuk memuaskan jiwa, kita makan untuk memenuhi kebutuhan raga,

Ketika tubuh lelah, respon alamiahnya adalah untuk mengantuk dan tidur. Namun manusia adalah tuan akan takdirnya sendiri, bagaimana sebaiknya Ia merespon instingnya tersebut?

Aku bisa tumbang di sofa begitu saja setelah tiba dirumah, dengan seragam lengkap. Namun apakah itu pantas disebut istirahat? Apakah istirahat yang diperoleh dari lelap secara ugal-ugalan itu berkualitas?

Atau aku bisa melawan insting itu sedikit lebih lama, cukup lama untuk membersihkan diri, mengganti pakaian yang kukenakan dengan sesuatu yang lebih longgar dan santai, dan menumbangkan diri di kasur kamar berpendingin yang gelap gulita untuk memaksimalkan ekskresi melatonin dalam tubuh yang memulihkan sel-sel.

Ada komitmen yang harus menjadi rempah utama dalam setiap aksi-aksi yang kita maknai, dan sudah sepantasnya kita mensyukuri hidup dengan memaknai setiap langkah dan aksi yang kita ambil.

Istirahat tidak bisa setengah-setengah, ketika letih lelah dan ada kesempatan untuk istirahat total, sebijaknya dimaksimalkan. Jangan sampai takluk akan insting, nafsu untuk segera tidur dimana pun, namun untuk tetap mengejar kualitas, sebagaimana dalam segala bidang kehidupan.

2 tahun ku hidup menjalani hari dengan tenaga cadangan dan adrenalin kekurangan tidur, hanya untuk sampai pada kesimpulan yang selalu ada di depan mata.

Kesempurnaan selalu dikejar dalam pengkaryaan seni, namun seharusnya tidak luput juga untuk mengejarnya di nilai akademis, pula juga segala sisi kehidupan. Tidur, makan, hiburan, segala-galanya.

Saturday, May 17, 2025

Episode

Kambuh lagi, aku nggak tahu harus gimana. Sudah mepet, banyak yang harus dikejar, tapi kalo depresi udah kambuh, semua urusan duniawi bakalan lepas dari kepedulianku.

Anak-anakku keras latihan, anak-anakku giat ngerjain tugas mereka, tinggal aku yang harus balas budi pengabdian mereka. Aku harus dateng, aku harus temui mereka, aku harus hargai kerelaan mereka.

* * *

Bagaimana cara menyayangi diri sendiri?

Yang kurasa, mungkin aku masih kurang menghormati diriku sendiri. Mungkin, aku masih kurang merawat diriku sendiri.

Jika aku lelah, aku segera tidur di permukaan empuk segera setelah masuk rumah. Itu artinya, di sofa, dengan seragam lengkap. Paginya aku akan terbangun dengan badan yang masih kurang prima, karena sofa dan seragam ketat tidak mengizinkan tubuh untuk bisa istirahat total dan memulihkan diri. Karena seragam itu membuat tubuhku berpikir aku masih berada di luar rumah, aku bisa segera sadar dan mulai beraktivitas lagi karena tubuh mengira kita masih butuh melanjutkan pekerjaan di luar rumah dengan sisa tenaga yang masih ada. Namun itu bukan teknik bangun pagi yang efektif, tidak terjadi pemulihan diri selama istirahat, kondisi tubuh hanya akan terus terpuruk jika ini terus dilakukan terus menerus.

Aku perlu beristirahat di kasur, aku perlu mandi setelah pulang dan mengenakan pakaian santai sebelum tidur. Aku perlu lebih memperhatikan kondisi tubuhku. Aku perlu lebih menghormatinya. Tidak hanya tubuh, tapi juga jiwa, psikis.

Alih-alih berfokus untuk hendak segera melaksanakan kewajiban harian, namun selalu tertunda dahulu karena terjerat aplikasi dalam ponsel sebelum melaksanakannya, mengapa tidak sekalian menyalakan komputer dan bermain suka ria, puaskan diri sebelum menunaikan kewajiban yang dituntutkan padaku.

Tubuh butuh makanan, pikiran butuh "makanan" pula. Penuhi kebutuhan diri sebelum membantu lingkungan sekitar.

Logikanya sungguh mudah dan gamblang, kenapa pengimplementasiannya begitu sulit?

Makanan, kebutuhan tubuh. Hiburan, kebutuhan jiwa. Kelancaran akademis, tuntutan kewajiban.

Sehingga kegiatan berteater, bidang yang selalu kutuangkan seluruh isi jiwa dan ragaku, tak lain hanya lah tuntutan kewajiban yang diminta oleh lingkunganku.

Setara dengan pekerjaan membereskan rumah dan merawat properti pribadi.

Tentu saja, dunia tidak bekerja semudah itu. Hidupku akan berantakan jika aku terlalu abai akan urusan rumah tangga, aku harap bisa lekas waras agar bisa menjalani kehidupan yang lebih normal.

Tuesday, May 13, 2025

Bakti untuk Ageng

Pagi ini aku diberitahukan bahwa Ageng akan dijual dan digantikan mobil transmisi manual, beraneka ragam rasa yang begitu padat seketika mengalir dalam tubuhku.


Siangnya aku terlelap sejenak di sofa, dan bermimpi.

Aku diminta mengendarai innova putih bude yang merupakan mobil kopling. Dan aku mengendarai mobil itu ke jembatan yang putus, tidak sepenuhnya putus, ada sebatang beton yang menyambungkan jembatan itu, namun tidak cukup ruangnya dilewati mobil. Aku tidak melihat jembatan itu putus hingga terlambat sehingga akhirnya mendadak mengerem. Namun tidak cukup kutekan pedal remnya, karena mobil terus meluncur hingga mobil akhirnya melontar dan kedua roda menggantung diatas sungai sedangkan kolong mobil bergesekan dengan beton kasar itu, membuat suara derit decit yang begitu menggetarkan hati dan dompet.

"Kamu memang tidak bisa diamanahi untuk merawat dan menjaga mobil."

Kata-kata paling membekas, tidak nyata pun aku masih ingat teror yang diberikannya padaku.

Karena memang Ageng keluar masuk bengkel, Ageng kubawa menerobos air laut, Ageng menerjang banjir, setir Ageng mengunci berulang kali ketika pengemudinya salah menginjak pedal rem di mode Drive, remot kunci mulai tidak bekerja, speedometer dan AC berkedip-kedip di tengah tanjakan, dan tahun baru 2023...

Apa aku menyayangi mu Ageng? Aku belum bisa merelakanmu, tapi aku juga sepertinya tidak bisa merawatmu dengan benar. Aku bingung, aku harus bagaimana?

Friday, May 9, 2025

373:49 - 24 April 2025 (mental breakdown)

Kemarin rabu, 23 april 2024, kami sepakati sebagai hari libur bersama dari proses berkegiatan di teater. Jadi aku tidak berangkat ke kampus, aku bahkan tidak keluar rumah. Sarapan dan makan siangku hari itu merangkap jadi makan malamku, aku memesan gofood pukul 5 sore setelah semua jadwal ujianku habis kubolosi. Lalu kembali ku berdiam diri dalam gelap kamarku, digerogoti isi buah pikir kepalaku, semua stimuli dari luar aku blokade, tidak kuhiraukan sama sekali. Segala keresahan dan kepenatan yang bermanifestasi menjadi perilaku hibernasi, metamorfosa kepompong, dan untuk apa? Apa hikmahnya? Apa faedahnya? 

Dikutip dari sebuah situs imageboard tertentu

1314 Name: Anonymous : 2025-04-24 18:12 ID:Z+QXYiUo
Is there even such a thing as simple laziness? I hadn't got out of bed and I haven't been eating for more than 20 hours now, for the sole reason that I'd need to get out of bed to get food. I feel like I won't mind if I just died out of starvation tbh, just because that'd be easier than getting food from outside. My desktop and chargers are all beside my bed, so I don't need to move to accommodate their battery power. My room is plenty cool with air conditioner, so I have no need to look for fresher air.

I probably gonna have to order online food soon since my stomache is starting to get real noisy and feels tight now, but its not like I couldn't push through them if I really want to. I don't really think about taking my own life, but its not like I'm gonna be upset if someone told me someone's gonna push me onto an oncoming truck, I probably would just accept it as is and made no attempt to avoid it.

People always told me I'm irresponsible in my duties, well, its always my fault and its always up to me to fix it until they realize I don't care about my life either, isn't it? How to patch fix?

1315 Name: Anonymous : 2025-04-24 18:42 ID:VqNoFAdh
>>1314 Bruh, go eat something and then go outside. Ignore the haters.

1316 Name: Anonymous : 2025-04-24 22:37 ID:Z+QXYiUo
>>1315 I finally ate, ordered something online, but its night time now so I can't really go anywhere.

And I skipped my exams today, and I ignored all messages from people I know today, and there are ongoing daily group activities I missed out on today and yesterday, and I don't know how they would really turn out without me around, and I've been neglecting my duties since yesterday.

How much is too much laziness that it was actually a symptom for something more terrible? And how much is even more laziness that it simply overclocks back to being a simple laziness?

1317 Name: Anonymous : 2025-04-25 00:18 ID:VqNoFAdh
>>1316 That's not laziness, I'd definitely consider that depression. Depression doesn't always equal sad, it means your emotions and energy are low. You're lacking motivation, passion, etc. You're in a depression. The way through it is either go to therapy and work out why your emotional state is being subpar or deal with it yourself. Both are fine. It's even fine to not want to deal with society and responsibilities right now, but definitely take the time to at least self reflect on your mental health instead of diving into mind numbing social media or games.

1318 Name: Anonymous : 2025-04-25 15:43 ID:Z+QXYiUo
>>1317 Very hard when in the middle of a long term project, so tiny space for leisure movement/manouvre.

I wanna blame something, but there's simply nothing that I could point to. Its all on me, in my head, because I'm the one feeling it all. I skip my duties, I feel bad for skipping them, which drags me even lower to want even less things to do with the duties, but I know I still need to do them, and it keeps going on and on.

Why is our brain like this?

1319 Name: Anonymous : 2025-04-25 15:44 ID:8VVDQxaY
^ sounds like depression bro

great fun to have when you don't even want to make instant noodles

on that note, im kinda too fucking lazy to cook today but... the chickpeas have been sitting in water for a while so i should cook them aaaaaaaaaaaaaaaaaaaah

Wednesday, May 7, 2025

Fajar di Pom Bensin

Ku terbangun oleh suara tetanggaku, pengemudi kendaraan yang terparkir disebelahku. Langit berwarna biru pudar, fajar masih malu-malu di ufuk timur.

Ku nyalakan keran musola, kosong. Ku nyalakan keran musola 2, kosong. Ku nyalakan keran musola 3, dan mulai membasuh air wudhu.

Didalam hanya ada cukup ruang untuk 2 saf. Karpet, alas sembahyang, terlentang 1. Sekitar 8 orang bisa berjejer dari ujung ke ujung. Empat orang terlentang lelap diatasnya, dua lagi bersandar lelap di dinding belakang.

Kita istirahat di kala gelap, agar mampu mengadu nasib saat esok tiba.

* * *

Manusia merasa paling hidup ketika seluruh jiwa raga nya tertuang pada hal yang diperjuangkannya. Anehnya, aku merasa sangat hidup ketika berada di musola itu dini hari 5:43, terlepas dari segala lelah dan kantuk yang sudah kubawa sepanjang malam.

Aku masih mengantuk hingga kini, 8:45 pagi.

250:20 - 21 April 2025

Ada jadwal ujian UTS sehabis duhur, pembelajaran mesin. Aku tidak akan hadir di ruang ujian siang itu.



Pagi ku rileks, ku seduh susu coklat hangat dan minum sambil ditemani musik yang ku kompilasikan dari bulan Februari lalu. Sesekali ku cek mesin cuci dibelakang dan mengurus baju-baju kotor, tentunya dengan permulaan seproduktif ini akan berjalan lancar hariku bukan?

Daus menghubungi lewat teks membahas penaskahan, hasil kajiannya setelah membahas bersama mas Ben yang terus bertanya sambil memberikan argumen kenapa acara mereka harus internal atau eksternal. Kemudian bertanya apakah aku memiliki kalkulator atau tidak, aku tidak punya dan aku hendak meminjam seseorang kelak. Ia pun mengusul kita beli kalkulator bersama, namun Ia tak memiliki uangnya jadi Ia meminta padaku lebih dulu. Aku menyanggupi, Ia memperoleh kalkulator murah seharga 30 ribu di Mr.DIY.

Waktu menunjukkan pukul 10, aku merebahkan diri di bedcover diatas sofa yang dilipat Jamal kala menginap pekan lalu dan lelap sejenak. Terbangun, aku membuka status harian orang-orang dan melihat pamflet hari kartini dari anak-anak aktifis lain. Aku pun meminta dibuatkan pamflet juga di grup obrolan teater. Sebentar lagi jam 11, harus segera bersiap, jangan sampai terlambat ujian. Tidak lupa juga untuk berkunjung ke ruang Biro Kemahasiswaan agar dapat mengajukan pendanaan kegiatan, Pandu pun juga hendak bertemu nanti siang atau sore, semoga dapat kita bujuk untuk ikut menggarap acara.

Waktu menunjukkan pukul 11:30, aku baru selesai mandi. Sekarang tinggal mengenakan kemeja dan celana panjang, panaskan mobil, lalu berangkat, bukan?

Oh, pamflet Kartini sudah dibuatkan Amel dini hari lalu dan sudah mengudara sejak matahari terbit. Baguslah, kupikir selagi menyejukkan badan di kamarku yang berpendingin.

Waktu menunjukkan pukul 12:00, kita tahu bahkan meskipun terlambat masuk ruang ujian hingga 1 jam pun, pengawas akan mengizinkan masuk, bukan begitu?

Waktu menunjukkan pukul 12:30...

Waktu menunjukkan pukul 13:00...

Waktu menunjukkan pukul 13:30...

Waktu menunjukkan pukul 14:00...

Pandu mengajak bertemu pukul 15 sore, aku menyanggupi, kemudian mengabari Daus untuk menyusul karena pukul 16 Pandu hendak bergegas untuk mengerjakan tugasnya di tempat lain. Aku pun mengenakan pakaian santai, karena ujian pasti sudah selesai ketika aku sampai di kampus, dan kantor BIMA pasti sudah tutup usai aku bertemu Pandu.

Kami berbincang, panjang dan lebar, namun aku tak merasa ucapanku ada yang masuk dalam hatinya. Sudah lebih dari 250 jam berlalu sejak percakapan tatap muka ini, dan masih belum ada kabar darinya untuk berubah pikiran. Aku tidak akan menaruh harapan, namun jika Ia kembali, kami selalu menyambut...

Usainya Ia beranjak, aku dan Daus memilih rehat sejenak dan makan di warung mas Miran depan markas para ormawa. Waktu menunjukkan pukul 17:30.

* * *

Adam tiba selagi kami masih makan, Abung berjaga di depan pintu gedung untuk mencegat kami atau kawannya yang lewat, Arya dan Ame sudah melihatnya duduk sendirian dekat pintu dari jauh. Aku tidak lagi mampu mengingat detail-detail kecil seperti entri-entri sebelumnya, sudah 445 jam sejak hari ini berlalu.

Aku hanya ingat bahwa kami berhasil menjahit urutan acara dan konsep untuk HUT kelak, seluruh gedung F yang baru di seolah-olahkan menjadi mesin waktu, dan hadirin dibawa ke masa lain yang sesuai dengan zaman latar cerita pementasan, sebelum dibawa kembali ke masa kini untuk merayakan hari jadi.

Kenapa aku bisa ingat ini? Karena arsipnya tercatat jelas di grup obrolan koordinasi acara.

Thursday, May 1, 2025

236:25 - 20 April 2025

Kuintiliyun momen-momen kecil kita, terlalu sepele untuk kita kenang, semuanya larut dalam arus waktu, bagai butir-butir pasir yang menyelip lewat celah jari-jari kita.



Aku membongkar lemari besar rak kanan teratas, dimana kukubur artefak hasil jerih payah penderitaanku semasa pandemi. Kertas kalkir dengan hasil jiplakan surat kabar, kertas A3 dengan guratan kuas dan cat, sampel huruf-huruf tipografi dalam lembaran A4, arsiran-arsiran pensil yang membentuk pencahayaan pada buah dan objek-objek bangun ruang, nirmana geometris dan organis yang tidak pernah selesai, pelajaran isometri, perspektif dua titik hilang, di tiap goresan kuas, spidol, pensil pada lembaran kertas ini, terabadikan memori akan mimpi yang telah padam. Amane Kanata menyanyi ditengah keputusasaanku, dan untuknya kupersembahkan liang lahat penuh mimpi yang telah kandas ini.


Aku dan pengurus ada janji temu dengan Ren di DPR meja batu sore ini, tepatnya pukul 16 sore.

Aku terlambat berangkat, sedangkan Jamal motornya masih di kampus, aku harus menjemputnya. Ia memutuskan untuk memesan ojek online.

Aku tiba di meja batu menemukan mereka berdua sudah hampir satu jam berdiskusi disitu. Lalu berangsur Daus dan Amel juga datang.

* * *

Hendak bubar, Ren kutanya hendak kemana. Karena belum ada rencana, pun kuajak dia ke Gramedia bersama pengurus yang lain. Aku hendak mencari folder untuk kertas-kertas bekas di kamar, yang lain mungkin mencari buku bacaan.

Sesampainya di Majapahit, Ren menggerutu bahwa seharusnya Ia bawa motor saja sendirian karena ini sudah sangat dekat dengan rumahnya ketimbang kampus.

Aku mengambil Fate:Strange Fake jilid 3 dan manga HoloX sebelum turun ke lantai 1 untuk mencari folder yang kubutuhkan dirumah, meninggalkan Daus, Ren, Jamal, dan Amel yang masih melihat-lihat buku.

* * *

Kami akhiri perjalanan dengan makan penyetan di Kariadi sebelum kembali ke kampus, dimana Amel makan sambil menonton Youtube di ponselnya yang duduk diatas gelas es tehnya dan Jamal yang hanya memesan tempe, tahu, & ati karena belum gajian ketika yang lain memesan ayam.

* * *

Aku sampai rumah dan segera menyortiri kertas-kertas bekas yang berserakan di kamarku ke dalam folder baruku sebelum terlelap, aku lupa aku tumbang dikamar atau disofa. Sudah lebih dari 200 jam.

241:22 - 19 April 2025

Ba'da duhur Amel mengabarkan di obrolan grup bahwa Ia hendak ikut menonton pentas Undip karena tidak jadi pulang.

Jam 15:41, aku baru bangun dari tidur siang. 16:50 sempat gerimis, aku berangkat dari rumah menuju kampus dalam satu jam perjalanan.

* * *

Seseorang yang membagikan pamflet promosi pentas itu di grup obrolan pasti menderita miopi karena tercantum disana bahwa ini merupakan studi pentas, dan studi pentas tidak bisa dijamin kualitasnya. Sehingga kami harus duduk menonton dua pentas dalam durasi lebih dari 120 menit dengan kualitas yang begitu ampas di balai desa suatu tempat di Banyumanik.

Dengan suasana hati yang terkhianati ekspektasi, kami beranjak mencari makan ke burjo ngegas di gombel. Namun tidak sebelum berpamitan dengan mas Nano, anak ISI yang ikut menonton pentas tadi, sekaligus orang yang berhutang workshop keaktoran pada kami setelah melakukan pemutaran film tahun lalu.

Dan rupanya Burjo Ngegas penuh, tak ada meja kosong tersisa. Hangus 5 ribu membayar parkir, suasana hati kecewa, perut lapar, dan tatapan kasihan dari teman-teman Amel yang kebetulan bertemu sedang rapat di meja mereka, kami kembali ke mobil mencari makan ditempat lain. 3 menit berselang kami tinggalkan parkiran, ponsel Amel berdering.

"Baru muncul ada meja kosong" ujar kawannya dari seberang seluler, namun sudah terlambat.

Kami memutuskan untuk ke Tembalang mencari burjo, dan tiba di Burpunice. Banyak colokan tidak tersambung listrik, namun setidaknya ada cukup ruang untuk parkir mobil. Jamal terpaksa menumpang mengisi daya ponselnya di meja yang ditempati dua sejoli sedang mesra mengerjakan tugas kuliah mereka.

Sambil menunggu makan dan baterainya, Ia meminjam komputerku dan bermain NFS:MW. Diskusi enteng kami menunggu makanan tiba untuk memutarbalikkan kekecewaankami terhadap pentas tadi berangsur-angsur mengarah ke pembahasan HUT. Usul ide pendanaan ke BIMA dari mas Chap berupa workshop dari mas Nano alumni ISI termahsyur, pengadaan lomba dengan menggaet minat dari penjuru Indonesia dengan koneksi ayahku untuk menyebarkan nama kampus, sosialisasi kampus ke sekolah-sekolah SMA dengan kedok workshop keteateran, semua ide kami kaji dan strategi kami atur untuk menaklukkan Biro Kemahasiswaan. Sementara itu anggaran acara HUT kami patok dalam jumlah 6 digit berawalan angka 1, sisa 300 ribu untuk keadaan darurat. 1,3 adalah uang pendapatan dari menyewakan jasa lampu dan tirai kami pada jurusan sastra inggris untuk tugas semester mereka berupa pentas.

Jika pengajuan pendanaan bisa tembus ke BIMA, setidaknya kami bisa santai sejenak karena tidak harus memikirkan keuangan yang selalu menipis.

* * *

Sewaktu pulang, Jamal harus kuantar karena motornya terkunci dalam kampus yang dikunci pukul 23:30 sedangkan kami baru usai makan jam 00.