Ada jadwal ujian UTS sehabis duhur, pembelajaran mesin. Aku tidak akan hadir di ruang ujian siang itu.
Pagi ku rileks, ku seduh susu coklat hangat dan minum sambil ditemani musik yang ku kompilasikan dari bulan Februari lalu. Sesekali ku cek mesin cuci dibelakang dan mengurus baju-baju kotor, tentunya dengan permulaan seproduktif ini akan berjalan lancar hariku bukan?
Daus menghubungi lewat teks membahas penaskahan, hasil kajiannya setelah membahas bersama mas Ben yang terus bertanya sambil memberikan argumen kenapa acara mereka harus internal atau eksternal. Kemudian bertanya apakah aku memiliki kalkulator atau tidak, aku tidak punya dan aku hendak meminjam seseorang kelak. Ia pun mengusul kita beli kalkulator bersama, namun Ia tak memiliki uangnya jadi Ia meminta padaku lebih dulu. Aku menyanggupi, Ia memperoleh kalkulator murah seharga 30 ribu di Mr.DIY.
Waktu menunjukkan pukul 10, aku merebahkan diri di bedcover diatas sofa yang dilipat Jamal kala menginap pekan lalu dan lelap sejenak. Terbangun, aku membuka status harian orang-orang dan melihat pamflet hari kartini dari anak-anak aktifis lain. Aku pun meminta dibuatkan pamflet juga di grup obrolan teater. Sebentar lagi jam 11, harus segera bersiap, jangan sampai terlambat ujian. Tidak lupa juga untuk berkunjung ke ruang Biro Kemahasiswaan agar dapat mengajukan pendanaan kegiatan, Pandu pun juga hendak bertemu nanti siang atau sore, semoga dapat kita bujuk untuk ikut menggarap acara.
Waktu menunjukkan pukul 11:30, aku baru selesai mandi. Sekarang tinggal mengenakan kemeja dan celana panjang, panaskan mobil, lalu berangkat, bukan?
Oh, pamflet Kartini sudah dibuatkan Amel dini hari lalu dan sudah mengudara sejak matahari terbit. Baguslah, kupikir selagi menyejukkan badan di kamarku yang berpendingin.
Waktu menunjukkan pukul 12:00, kita tahu bahkan meskipun terlambat masuk ruang ujian hingga 1 jam pun, pengawas akan mengizinkan masuk, bukan begitu?
Waktu menunjukkan pukul 12:30...
Waktu menunjukkan pukul 13:00...
Waktu menunjukkan pukul 13:30...
Waktu menunjukkan pukul 14:00...
Pandu mengajak bertemu pukul 15 sore, aku menyanggupi, kemudian mengabari Daus untuk menyusul karena pukul 16 Pandu hendak bergegas untuk mengerjakan tugasnya di tempat lain. Aku pun mengenakan pakaian santai, karena ujian pasti sudah selesai ketika aku sampai di kampus, dan kantor BIMA pasti sudah tutup usai aku bertemu Pandu.
Kami berbincang, panjang dan lebar, namun aku tak merasa ucapanku ada yang masuk dalam hatinya. Sudah lebih dari 250 jam berlalu sejak percakapan tatap muka ini, dan masih belum ada kabar darinya untuk berubah pikiran. Aku tidak akan menaruh harapan, namun jika Ia kembali, kami selalu menyambut...
Usainya Ia beranjak, aku dan Daus memilih rehat sejenak dan makan di warung mas Miran depan markas para ormawa. Waktu menunjukkan pukul 17:30.
* * *
Adam tiba selagi kami masih makan, Abung berjaga di depan pintu gedung untuk mencegat kami atau kawannya yang lewat, Arya dan Ame sudah melihatnya duduk sendirian dekat pintu dari jauh. Aku tidak lagi mampu mengingat detail-detail kecil seperti entri-entri sebelumnya, sudah 445 jam sejak hari ini berlalu.
Aku hanya ingat bahwa kami berhasil menjahit urutan acara dan konsep untuk HUT kelak, seluruh gedung F yang baru di seolah-olahkan menjadi mesin waktu, dan hadirin dibawa ke masa lain yang sesuai dengan zaman latar cerita pementasan, sebelum dibawa kembali ke masa kini untuk merayakan hari jadi.
Kenapa aku bisa ingat ini? Karena arsipnya tercatat jelas di grup obrolan koordinasi acara.