Aku membongkar lemari besar rak kanan teratas, dimana kukubur artefak hasil jerih payah penderitaanku semasa pandemi. Kertas kalkir dengan hasil jiplakan surat kabar, kertas A3 dengan guratan kuas dan cat, sampel huruf-huruf tipografi dalam lembaran A4, arsiran-arsiran pensil yang membentuk pencahayaan pada buah dan objek-objek bangun ruang, nirmana geometris dan organis yang tidak pernah selesai, pelajaran isometri, perspektif dua titik hilang, di tiap goresan kuas, spidol, pensil pada lembaran kertas ini, terabadikan memori akan mimpi yang telah padam. Amane Kanata menyanyi ditengah keputusasaanku, dan untuknya kupersembahkan liang lahat penuh mimpi yang telah kandas ini.
Aku dan pengurus ada janji temu dengan Ren di DPR meja batu sore ini, tepatnya pukul 16 sore.
Aku terlambat berangkat, sedangkan Jamal motornya masih di kampus, aku harus menjemputnya. Ia memutuskan untuk memesan ojek online.
Aku tiba di meja batu menemukan mereka berdua sudah hampir satu jam berdiskusi disitu. Lalu berangsur Daus dan Amel juga datang.
* * *
Hendak bubar, Ren kutanya hendak kemana. Karena belum ada rencana, pun kuajak dia ke Gramedia bersama pengurus yang lain. Aku hendak mencari folder untuk kertas-kertas bekas di kamar, yang lain mungkin mencari buku bacaan.
Sesampainya di Majapahit, Ren menggerutu bahwa seharusnya Ia bawa motor saja sendirian karena ini sudah sangat dekat dengan rumahnya ketimbang kampus.
Aku mengambil Fate:Strange Fake jilid 3 dan manga HoloX sebelum turun ke lantai 1 untuk mencari folder yang kubutuhkan dirumah, meninggalkan Daus, Ren, Jamal, dan Amel yang masih melihat-lihat buku.
* * *
Kami akhiri perjalanan dengan makan penyetan di Kariadi sebelum kembali ke kampus, dimana Amel makan sambil menonton Youtube di ponselnya yang duduk diatas gelas es tehnya dan Jamal yang hanya memesan tempe, tahu, & ati karena belum gajian ketika yang lain memesan ayam.
* * *
Aku sampai rumah dan segera menyortiri kertas-kertas bekas yang berserakan di kamarku ke dalam folder baruku sebelum terlelap, aku lupa aku tumbang dikamar atau disofa. Sudah lebih dari 200 jam.
No comments:
Post a Comment