Sunday, June 15, 2025

Berlapis-lapis topeng

Draf dari : 30 Mei 2025

Aku... tidak tahu lagi apa yang nyata, tulisan-tulisan ini sekilas terlihat intim, tulus, sangat pribadi, namun aku mulai berpikir bahwa semua ini hanya lah pelampiasan dari keinginanku untuk menulis saja.

Selalu ada garis konseptual yang membentang di tiap tiap entri, rumusan umum berupa sebab-akibat, namun aku mulai mempertanyakan keasliannya. Apakah itu refleksi dari keresahan hatiku, atau hanya pola-pola yang berusaha dihubungkan oleh logika kepala ku untuk menghasilkan paragraf yang runtut dan runut.

Sebagai contoh, "Jiwa ku letih dan penat, solusinya mungkin tidur yang lebih berkualitas. Memaknai segala hal dalam kehidupan sehari-hari, alih-alih hanya membiarkannya lewat begitu saja." Bukankah semua itu terdengar logis?

Namun apa yang sesungguhnya aku rasakan? Apa yang sesungguhnya aku inginkan? Berbagai solusi aku usulkan, ku inovasikan tak lain hanya untuk diriku sendiri. Namun tak ada yang berhasil, tak ada yang melekat, tak ada yang konsisten. Apa pelajaran moral yang sedang kutimba saat ini? Apa yang menungguku dibalik garis akhir?

Minato Aqua merangsek maju penuh nyali dengan tiket satu arahnya ke negeri asing, melangkah dengan mantap menembus kabut dengan peta kosongnya, yang hendak ia isi dengan warna cerah dan ceria. Aku dari 2022 takjub akan kisahnya yang tersampaikan di lagu kereta laut itu, sangat menginspirasi, indah nan ajaib.

Kurasa aku ingin hidup seperti itu, jadi aku merangsek maju menjalani kehidupan kampus. Hidup itu indah, ajaib, aku ingat betul rasanya.

Namun rasa itu hilang ditengah jalan, aku tidak yakin jatuh dimana. Tiba-tiba aku semakin malas saja untuk berangkat keluar rumah, untuk mencari makan saja begitu berat, aku menjadi ancaman terhadap diriku sendiri.

Dan sepanjang waktu itu pula, aku terus mendambakan masa-masaku yang naif dan optimis akan masa depan. Diriku yang telah lalu, yang sudah hilang dan melebur jadi aku sekarang.

* * *

Lanjutan di 15 Juni 2025 :

Zengat pernah mengirimkan aku sebuah pesan panjang, 28 Januari lalu, semacam hadiah ulang tahun kepagian. Satu penggalan dari pesannya yang terus aku baca berulang-ulang :

"Sebuah mahakarya tidak akan mampu terwujud tanpa adanya ketulusan dan kerelaan diri sepanjang proses penciptaannya."

"Jika menurutmu mahakarya yang sedang engkau garap butuh segenap jiwa, raga, waktu, dan seluruh kedirianmu untuk dikorbankan -- Pertama, semoga beruntung. Kedua, lu salah"

"Get rekt" (english slang/bahasa gaul, setara "mampus lo")

Makasih wejangannya, sehat-sehat terus Zengat.



No comments:

Post a Comment